2 Membantu Kita Mencari Bukti Peradaban Sejarah bisa ditemukan dalam bentuk apa saja. Dari tulisan-tulisan, koin-koin, atau cerita dari mulut ke mulut. Dan dari situlah kita bisa mendapatkan bukti peradaban - kalau dulu pernah ada peristiwa hebat di tanah tempat kita berdiri. 4 Mr Holland's Opus (1995) Film Mr Holland's Opus mencerita perjuangan seorang guru yang mengajar musik di sebuah sekolah menengah atas selama 30 tahun. Film tentang pendidikan bagus tahun yang rilis tahun 1995 ini berhasil membopong piala dalam nominasi Oscar dan Golden Globe untuk kategori aktor terbaik. Ketikaada motivasi mencari ilmu bersumber dr rasa BUTUH. Itu adalah sesuatu yg mulia. bukan cari ilmu karena ingin tahu, krn ikut ikutan temen, krn ingin isi waktu luang Guru ku reiki, yg pertama, krn memang temen deket. Mereka capable dan aku sering ngobrol sama mereka. Guru ku yg kedua, ilmu hikmah, krn aku kagum akan keilmuan dan wawasannya. KataKata Motivasi Belajar Islami yang Penuh Semangat. 13. "Tuntutlah ilmu. Di saat kamu miskin, ia akan menjadi hartamu. Di saat kamu kaya, ia akan menjadi perhiasanmu." - Luqman al-Hakim. 14. Iman tanpa ilmu bagaikan lentera di tangan bayi. Namun ilmu tanpa iman, bagaikan lentera di tangan pencuri. MotivasiMerantau dari Imam asy-Syafi'i. Imam asy-Syafi'i adalah seorang ulama besar yang terkenal dengan kecerdasan dan kata-kata mutiara yang penuh hikmah. Buktinya, beliau mampu menyusun kata-kata mutiara yang mendalam dalam bait-bait syair. Syair-syair beliau dibukukan dan dinamai Diwan asy-Syafi'i. 3 Fungsi Inspiratif. Sejarah dapat dijadikan sebagai bahan inspirasi dan motivasi bagi generasi penerus bangsa. Dengan fungsi inspiratif, sejarah dapat memperkuat identitas bangsa (nation building).Adanya kisah-kisah kepahlawanan para tokoh masa lalu menjadi kebanggaan bersama yang dapat membangkitkan motivasi generasi penerus untuk terus berjuang serta mengabdi pada bangsa dan negara. Nc1TZ. Berikut ini adalah sepenggal kisah-kisah menakjubkan tentang kesungguhan para Ulama dalam menuntut ilmu. Semoga bisa menjadi pelajaran dan teladan bagi kita untuk bersemangat menjalankan aktifitas ilmiyyah menempuh perjalanan menghadiri majelis ilmu, mencatat, murojaah mengingat kembali pelajaran yang sudah didapat, membaca buku-buku para Ulama’, merangkum, meringkas, menyadur dan menyalin tulisan para ulama, mencatat faidah-faidah ilmu yang kita lihat dan dengar, mendengarkan rekaman ceramah-ceramah ilmiyyah melalui file-file audio, dan semisalnya. Sesungguhnya menuntut ilmu adalah ibadah, bahkan menurut al-Imam asy-Syafi’i طَلَبُ الْعِلْمِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ النَّافِلَةِ Menuntut ilmu lebih utama dibandingkan sholat Sunnah Musnad asySyafi’i 1/249, Tafsir alBaghowy 4/113, Faidhul Qodiir 4/355 Kisah-kisah nyata berikut ini sebagian besar disarikan dari kitab alMusyawwaq ilal Qiro-ah wa tholabil ilm karya Ali bin Muhammad al-Imran. Kesabaran dan Kesungguhan Menuntut Ilmu Ibnu Thahir al-Maqdisy berkata Aku dua kali kencing darah dalam menuntut ilmu hadits, sekali di Baghdad dan sekali di Mekkah. Aku berjalan bertelanjang kaki di panas terik matahari dan tidak berkendaraan dalam menuntut ilmu hadits sambil memanggul kitab-kitab di punggungku. Belajar Setiap Hari Al-Imam anNawawy setiap hari membaca 12 jenis ilmu yang berbeda Fiqh, Hadits, Tafsir, dsb.. Baca Juga Orang-orang Berilmu yang Mengharapkan Akhirat Saling Cinta dan Tidak Memiliki Perasaan Hasad Membaca Kitab Sebagai Pengusir Kantuk Ibnul Jahm membaca kitab jika beliau mengantuk, pada saat yang bukan semestinya. Sehingga beliau bisa segar kembali. Berusaha Mendapatkan Faidah Ilmu Meski di Kamar Mandi Majduddin Ibn Taimiyyah Kakek Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah jika akan masuk kamar mandi berkata kepada orang yang ada di sekitarnya Bacalah kitab ini dengan suara keras agar aku bisa mendengarnya di kamar mandi. 40 Tahun Tidaklah Tidur Melainkan Kitab di Atas Dadanya Al-Hasan alLu’lu-i selama 40 tahun tidaklah tidur kecuali kitab berada di atas dadanya. Tidaklah Berjalan Kecuali Bersamanya Ada Kitab Al-Hafidz alKhothib tidaklah berjalan kecuali bersamanya kitab yang dibaca, demikian juga Abu Nu’aim alAsbahaany penulis kitab Hilyatul Awliyaa’. Baca Juga Menuntut Ilmu Bagi yang Sibuk Menjual Rumah untuk Membeli Kitab Al-Hafidz Abul Alaa a-Hamadzaaniy menjual rumahnya seharga 60 dinar untuk membeli kitab-kitab Ibnul Jawaaliiqy. Kemampuan Membaca yang Luar Biasa Ibnul Jauzy sepanjang hidupnya telah membaca lebih dari jilid kitab. Al-Khothib al-Baghdady membaca Shahih al-Bukhari dalam 3 majelis 3 malam, setiap malam mulai ba’da Maghrib hingga Subuh jeda sholat. Catatan Shahih alBukhari terdiri dari 7008 hadits, sehingga rata-rata dalam satu kali majelis satu malam dibaca 2336 hadits. Abdullah bin Sa’id bin Lubbaj al-Umawy dibacakan kepada beliau Shahih Muslim selama seminggu dalam sehari 2 kali pertemuan pagi dan sore di masjid Qurtubah Andalus setelah beliau pulang dari Makkah. Catatan Shahih Muslim terdiri dari 5362 hadits Al-Hafidz Zainuddin al-Iraqy membaca Musnad Ahmad dalam 30 majelis pertemuan Catatan Musnad Ahmad terdiri dari hadits, sehingga rata-rata dalam sekali majelis membacakan lebih dari 878 hadits. Al-Izz bin Abdissalaam membaca kitab Nihaayatul Mathlab 40 jilid dalam tiga hari Rabu, Kamis, dan Jumat di masjid. Al-Mu’taman as-Saaji membaca kitab al-Fashil 465 halaman kitab pertama tentang Mustholah hadits dalam 1 majelis. Salah seorang penuntut ilmu membacakan di hadapan Syaikh Bin Baz Sunan anNasaa’i selama 27 majelis Catatan jika yang dimaksud adalah Sunan anNasaai as-Sughra terdiri dari 5662 hadits, sehingga rata-rata lebih dari 209 hadits dalam satu majelis. Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany rata-rata menghabiskan waktu selama 12 jam sehari untuk membaca buku-buku hadits di perpustakaan. Mengulang-Ulang Membaca Suatu Kitab Hingga Berkali-Kali Al-Muzani berkata Aku telah membaca kitab arRisalah karya asy-Syafi’i sejak 50 tahun lalu dan setiap kali aku baca aku menemukan faidah yang tidak ditemukan sebelumnya. Gholib bin Abdirrahman bin Gholib al-Muhaariby telah membaca Shahih alBukhari sebanyak 700 kali. Baca Juga Sebagian Ulama Terdahulu yang Berprofesi Sebagai Penulis Kesungguhan Menulis Ismail bin Zaid dalam semalam menulis 90 kertas dengan tulisan yang rapi. Ahmad bin Abdid Da-im al-Maqdisiy telah menulis/ menyalin lebih dari 2000 jilid kitab-kitab. Jika senggang, dalam sehari bisa menyelesaikan salinan 9 buku. Jika sibuk dalam sehari menyalin 2 buku. Ibnu Thahir berkata saya menyalin Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, dan Sunan Abi Dawud 7 kali dengan upah, dan Sunan Ibn Majah 10 kali Ibnul Jauzy dalam setahun rata-rata menyalin 50-60 jilid buku Muhammad bin Mukarrom yang lebih dikenal dengan Ibnu Mandzhur –penulis Lisaanul Arab- ketika meninggal mewariskan 500 jilid buku tulisan tangan Abu Abdillah alHusain bin Ahmad alBaihaqy adalah seseorang yang cacat sehingga tidak memiliki jari tangan, namun ia berusaha untuk menulis dengan meletakkan kertas di tanah dan menahannya dengan kakinya, kemudian menulis dengan bantuan 2 telapak tangannya. Ia bisa menghasilkan tulisan yang jelas dan bisa dibaca. Kadangkala dalam sehari ia bisa menyelesaikan tulisan sebanyak 50-an kertas. Sangat Bersemangat dalam Mencatat Faidah Al-Imam anNawawy berkata Janganlah sekali-kali seseorang meremehkan suatu faidah ilmu yang ia lihat atau dengar. Segeralah ia tulis dan sering-sering mengulang kembali. Al-Imam al-Bukhary dalam semalam seringkali terbangun, menyalakan lampu, menulis apa yang teringat dalam benaknya, kemudian beranjak akan tidur, terbangun lagi , dan seterusnya hingga 18 kali. Abul Qosim bin Ward atTamiimy jika diberikan kepada beliau suatu kitab beliau akan membaca dari atas hingga bawah, jika menemukan faidah baru beliau tulis dalam kertas tersendiri hingga terkumpul suatu pokok bahasan khusus. Bersama Ilmu Hingga Menjelang Ajal Abu Zur’ah arRaaziy ketika menjelang ajal dijenguk oleh sahabat-sahabatnya ahlul hadits mereka mengisyaratkan hadits tentang talqin Laa Ilaaha Illallaah. Hingga Abu Zur’ah berkata روى عبدالحميد بن جعفر عن صالح بن أبي عريب عن كثير بن مرَّة عن معاذ عن النبي صلى الله عليه وسلم من كان آخر كلامه لا إله إلا الله دخلَ الجنة Abdul Humaid bin Ja’far meriwayatkan dari Sholih bin Abi Uraib dari Katsir bin Murroh dari Muadz dari Nabi shollallaahu alaihi wasallam Barangsiapa yang akhir ucapannya adalah Laa Ilaaha Illallaah maka ia masuk surga. Kemudian Abu Zur’ah meninggal dunia Ibn Abi Hatim berkata Aku masuk ke ruangan ayahku Abu Hatim arRaziy ketika beliau menjelang ajal dalam keadaan aku tidak mengetahuinya aku bertanya kepadanya tentang Uqbah bin Abdil Ghofir apakah ia adalah Sahabat Nabi? Ayahku menggeleng. Aku bertanya Apakah ia Sahabat Nabi? Ayahku berkata Bukan. Ia adalah tabi’in. Tidak berapa lama kemudian Abu Hatim meninggal dunia. Ditulis oleh Abu Utsman Kharisman Continue Reading Pada zaman dahulu, ada anak yatim dengan nama Alam. Alam adalah anak yatim, ayahnya meninggalkan dunia sejak dia masih di dalam kandungan. Alam adalah anak yang berbakti kepada ibunya. Suatu hari alam di suruh ibunya untuk menuntut ilmu di pondok salaf. Dengan senang hati alam pun menuruti apa yang disuruh ibunya. Setelah di pondok alam di serahkan kepada sang Kiyai pondok salaf tersebut. Singkat cerita setelah di pondok alam belajar bersama dengan santri yang lain. Namun begitu mengherankan alam tidak seperti santri atau murit yang lain. Alam sangat bodoh dan tidak bisa menimba ilmu dengan semestinya. Sampi suatu hari sang Kiyai pun memberi pendidikan khusus kepada si alam. Namun itu pun tak membuat alam menjadi bisa. Lalu sang kiyai pun menyuruh alam untuk menguras kamar mandi dan membersihkan kamar mandi disetiap harinya. Singkat cerita hingga bertahun tahun alam tak bisa mengaji sidikitpun. Hingga sang kiyai menyuruh alam untuk pulang. Di tengah perjalanan alam terjadilah hujan deras, dimama si alam berteduh di gua. Setelah duduk di gua alam melihat batu ditetesi air hingga berlubang. Melihat kijadian itu alam kembali lagi ke pondok dan menceritakan hal itu kepada sang kiyai. Lanjut cerita alam pun di ajari lagi untuk mengfalkan surat al-fil. Namun aneh nya hingga usia semakin dewasa alam pun tak kunjung bisa dengan satu suratpun. Hingga usia sang kiyai pun sudah tua dan alampun sudah dewasa. Suatu hari alam di berinasehat kepada sang kiyai, alam ilmu yang aku berikan kepadamu sudah sepenuhnya aku berikan. Sekarang kamu pulang lah temui ibumu, dan tegakkan agama islam di desa mu. Tanpa membantah alam pun pulang untuk menemui ibunya yang bertahun tahun sudah di tinggalkannya. Singkat Cerita sesampainya di rumah alam pergi ke masjid untuk menjalankan ibadah sholat berjama'ah sholat mahrib. Masyarakat setempat pada tahu jika alam adalah seorah yang baru pulang dari pondok salaf. Lalu para jama'ah menyuruh alam untuk menjadi imam sholat. Alam menolak untuk menjadi imam lantaran alam tidak menghafal surat pendek satu pun yang dia bisa. Dengan di paksa alam pun bergegas menjadi imam sholat jama'ah. Keajaiban pun terjadi pada alam, alam yg tidak bisa apa apa, dengan keiklasannya dan ketulusan hatinya alam bisa menghafal al quran, dan bisa menjawab semua pertanyaan tentang agama islam. Berkat keiklasan dan ketaattannya Alam kepada ibu dan Kiyai alam menjadi Kiyai yang terkenal dengan sebutan Kiyai Alamtaro. Kisah Perjalanan Imam Syafi'i Menuntut Ilmu Ketika berguru di kota Mekah Imam Syafi’i di perintahkan oleh gurunya, "wahai Muhammad pergilah engkau ke Madinah untuk berguru lagi, karena sesungguhnya ilmuku sudah habis, semuanya sudah kuajarkan padamu". Imam syafi’i pun menuruti perintah sang guru dan beliau segera berpamitan dengan sang ibu. Berkatalah sang Ibu, "pergilah engkau menuntut ilmu di jalan Allah, kita akan bertemu nanti di akhirat." Maka Imam Syafi'i Pun berangkat ke Madinah mencari guru untuk mengajarkannya ilmu. Di Madinah beliau berguru kepada Imam Malik. Tak butuh waktu lama, Imam Syafi'i langsung menyerap ilmu yang diajarkan Imam Malik sehingga semua orang terkagum-kagum dibuatnya. Termasuk sang guru yang pada saat itu merupakan ulama tertinggi di Madinah, Imam Syafi'i Pun menjadi murid kesayangan Imam Malik. Imam Syafii kemudian mengembara ke Iraq dan menimba ilmu di sana, beliau berguru kepada murid-muridnya Imam Abu Hanifah atau Imam Hanafi. Meski sudah banyak menyerap ilmu di Irak, imam Syafi'i belum ingin pulang karena belum ada panggilan dari ibundanya. Di Irak Imam Syafi'i berkembang menjadi murid yang terkenal sangat pintar dan tercerdas. Sehingga dalam waktu singkat ia sudah diminta untuk mengajar. Tak butuh waktu lama, ribuan murid pun berbondong-bondong datang untuk berguru padanya. Hingga ia pun menjadi ulama besar yang terkenal ke seluruh penjuru Irak hingga Hijaz. Ibundanya imam syafi’i pada setiap tahunnya juga melakukan ibadah haji, pada kesempatan tahun itupun sang ibu melaksanakan ibadah haji. Pada saat itu sang ibu mengikuti kajian dari salah seorang ulama yang mana sang ulama tersebut sering mengucapkan nama imam Syafi'i. Mendengar ulama tersebut sering mengucapkan nama sang anak, setelah pengajian sang ibu pun menjumpai ulama tersebut. Sang ibu bertanya kepada sang ulama Wahai syekh siapakah itu Muhammad bin Idris Asy Syafi’i? sang ulama pun menjawab bahwa imam syafi’i adalah gurunya di irak. Kemudian sang ibu dengan penasaran menanyakan lagi kepada sang ulama bahwa Muhammad bin Idris Asy Syafi'i yang manakah yang maksud? ulama tersebut pun menjawab bahwa ia merupakan ulama besar yang berasal dari kota mekah. Sang Ibu pun Terkejut mengetahui bahwa guru ulama tersebut merupakan anaknya. Kemudian sang ulama menyampaikan kepada ibunya imam syafi’i bahwa ia ingin berpesan apa kepada sang anak? Sang ibu pun menjawab bahwa ia telah memperbolehkan sang anak untuk pulang ke rumahnya. Sesampainya sang ulama tersebut di Irak ia langsung menyampaikan pesan tersebut kepada sang guru. Imam syafi'i yang mendengar kabar tersebut langsung bergegas untuk pulang ke mekah. Mendengar kabar sang imam ingin pulang penduduk irak sangat sedih, namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Ketika sang imam ingin pulang, masyarakat serta sang murid pun telah menyiapkan bekal kepada sang imam. Karena sang imam telah menjadi ulama besar di irak ia pun menerima bekal yang sangat banyak, ratusan ekor unta telah diterimanya dari masyarakat dan muridnya disana. Sesampainya sang imam di pinggir kota mekah, ia pun memerintahkan sang murid untuk me memberitahukan sang ibu bahwa anaknya telah berada di pinggir kota mekah. Sang ibu bertanya apakah yang ia bawa? sang murid pun menjawab dengan bangga bahwa sang imam membawa ratusan ekor unta dan harta lainnya. Mendengar itu sang ibu pun sangat marah dan ia tidak memperbolehkan sang anak untuk pulang. Dengan rasa bersalahnya sang murid kembali menjumpai sang guru dan menyampaikan bahwa sang ibu marah dan tidak memperbolehkannya pulang. Mendengar berita itu sang imam sangat ketakutan dan menyuruh sang murid untuk mengumpulkan seluruh orang-orang miskin di kota mekah, kemudian ia memberikan seluruh harta yang ia bawa hingga yang tersisa hanya kitab-kitab dan ilmunya. Kemudian sang imam memerintahkan sang murid untuk memberitahu sang ibu tentang hal ini, setelah mendengar kabar tersebut sang ibu pun memperbolehkan sang imam untuk pulang. Cerpen Karangan SupardinKategori Cerpen Pendidikan, Cerpen Perjuangan Lolos moderasi pada 21 February 2014 Perkenalkan nama saya supardin, biasa disapa adin saya anak pertama dari lima bersaudara. Saya lahir dari keluarga yang sangat sederhana, walaupun demikian saya memiliki motivasi yang sangat besar dalam hal dunia pendidikan. perjuangan saya bisa dikatakan sangat ekstrim, dan penuh tantangan bukan berati perjuangan saya menjadi pupus, justru hal tersebut yang membuat saya kian semangat. Kepahitan itu kian membuat kehidupan keluarga ku terpukul, setelah ayah ku pergi meninggalkan kami semua, tentu semua tanggung jawab dibebankan kepada ibu. Mengingat usia kami yang masih sangat kecil dan masih membutuhkan kasih sayang. Seiring berjalanya waktu dan usiaku pun kian bertambah, kini aku berumur 7 tahun tentu di umur seperti itu sudah selayaknya aku harus mulai masuk dunia pendidikan sekolah dasar, melihat kehidupan keluarga yang kian memburuk membuat ku kian giat menuntut ilmu. Demi satu tujuan yaitu ingin membahagiakan ibu ku. Waktu terus bergulir dan kini aku pun naik ke kelas dua sekolah dasar. Tentu biaya kian tahun makin bertambah, maklum pada saat itu belum ada program wajib belajar Sembilan tahun. ibu ku pun kian semakin kesulitan untuk membiayaiku. Bahkan sempat terdengar di telingaku perkataan ibu ku yang menginginkan agar aku berhenti sekolah, karena tak sanggup lagi dengan biaya yang semakin bertambah, hal terebut tentu membuatku kian terpukul. Senada ibu pun mngatakan “Nak… maafkan ketidaksanggupan ibu dalam mengurus kamu, ibu rasa perjuangan mu untuk menimba ilmu cukup sampai disini, ibu tidak memiliki apa-apa sekarang. Jadi maafkan ibu”. Mendengar hal tersebut membuat ku terhenyak sejenak, terlintas di pikiran ku akankah semua ini akan berakhir..? Mendengar hal tersebut tentu membuat sanak keluarga ku merasa empati kepada keadaan ku, merasa tidak ingin aku putus sekolah aku pun dibawa keluar kota. tante NAFSIA lah yang membawa ku dan membiayai semua kebutuhan ku. Meski demikian bukan berati aku bisa bersantai, maklum sebaik-baiknya seorang tante tidak lah lebih baik dari seorang ibu. Hari yang dinantikan pun tiba, tepatnya pada tanggal 22 november 1997 aku didaftarkan di SDN REO II. Sebuah sekolah dasar negeri yang berada di kecamatan REOK dan berkabupaten MANGGARAI, hari pun telah berganti waktu terus bergulir aku mulai masuk sekolah di hari pertama ku di sekolah baru. Rasa gembira pun terpancar di raut wajah ku, menggingat aku dapat melanjutkan sekolah ku. Lonceng sekolah pun berbunyi menandakan waktu pelajaran usai, aku pun berkemas dan bergegas meninggalkan ruangan, untuk segera pulang bersama teman baru ku. Sesampai di rumah akupun langsung di suguhkan dengan sebuah baskom kecil yang berisikan kue lemet. “Din hari ini kamu mulai berjualan kue, ini kuenya dan skarang juga kamu mulai berjualan” “tapi tante saya kan belum makan, bisa kah saya berjualan setelah makan..?” “oh.. tentu silakan .. tapi jangan lama ya.. makannya..” “ia tante..” Setelah makan aku pun bergegas untuk berjualan, langkah demi langkah aku menatih kan kaki ku, bersuara kan merdu bertedu kan mata hari yang cukup panas, soalnya aku berjualan tepat pada pukul 1400 tentu cuaca masih panas.. badan bercucuran keringat dan aku pun mulai bersuara lantang. “Bu, Kue.. kue.. bu kue bu..” Waktu pu kian semakin sore, kue pun semua habis, dengan hati yang amat senang aku pun bergegas untuk pulang. Dan memberikan semua uang hasil jualan ku hari ini kepada tante ku.. itulah kegiatan sehari-hari ku setelah sepulang sekolah.. Waktu bergulir sangat cepat dan sekarang aku sudah lulus dan ingin melanjutkan pendidikan ku ketingkat SLTP, aku pun mulai mendaftarkan diri hati ku pun kian bertambah senang dapat melanjutkan sekolah.. dengan semangat aku kian giat belajar, agar dapat naik kelas alhasil usaha ku rupanya tak sia-sia, aku dapat naik ke kelas berikutnya, sampai akhirnya lulus pada tahun 2005 dan mendapat kan nilai yang sangat memuaskan. Setelah lulus SLTP, aku pun ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Tapi sayang harapan itu hampir sirna akibat tante ku tak dapat melanjutkan ku ke tingkat SMA, dikarenakan suaminya mengalami kecelakaan kerja dan harus membutuh kan biaya yang cukup banyak untuk keperluan pengobatan Dan lain lain. Aku pun kembali di belit cobaan yang amat berat, dengan hati yang amat sedih aku pun menerima dengan hati yang lapang. Dalam hati kecil terucap akankah ini semua akan berahir sampai disini..? Karena keadaan yang tidak memungkinkan lagi untuk melanjutkan sekolah aku pun kembali ke kampung halaman ku. Setelah di kampung akupun mulai memikirkan bagaimana caranya agar aku dapat melanjutkan pendidikanku. Sebab aku memiliki impian yang sangat besar dalam dunia pendidikan. Karena merasa iBu ku sudah tak sanggup lagi membiayai ku. Aku pun mulai meencari pekerjaan, apapun itu yang terpenting aku dapat bersekolah kembali.. Cerpen Karangan Supardin Cerpen Perjuangan Hidupku Dalam Menuntut Ilmu merupakan cerita pendek karangan Supardin, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " May Day Perjuangan Tanpa Akhir Oleh Wahyudi Warsaintia Pagi yang cerah, puluhan sepeda motor berjejer, berbaris rapi di depan PT MCS, sebuah pabrik perakitan komputer yang konon terbesar di jawa timur, puluhan satpam pabrik berkumpul, berbaur dengan Ibuku Kartiniku Oleh Tiara Permatasari Tidak ada yang bisa menolak kehendak tuhan. Tuhan telah mengatur semuanya. Hidup, kematian, dan jodoh, semuanya telah diatur oleh sang maha kuasa. Namaku Lina Almira. Aku adalah anak tunggal Ini Perasaanku Pak Oleh Aulia Taureza Terkadang siswa juga butuh didengar, karena ia selalu mendengarkan. Terkadang siswa juga butuh dimengerti, karena mereka juga akan mencoba memahami. Tidak semua orang sependapat, kan? Tik tok tik tok Manisnya Sebuah Proses Oleh Erfransdo “Allahu Akbar Allahu Akbar..”, suara adzan shubuh terngiang di telingaku. Aku berusaha untuk bangun dari tempat tidur beralaskan tikar itu. Kedua orangtuaku sudah terbangun lebih dulu sedangkan Rifan adikku Motivasi Kajur Oleh Saskiya Indriani Tepat, di bulan Agustus aku sudah mengikuti perkuliahan satu minggu. Rasanya hatiku terasa kosong dan tidak ada semangat dalam diriku. Mungkin karena aku tidak menyukai prodi yang aku tempuh “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?" - Islam menempatkan ilmu pada posisi yang sangat mulia. Ibarat kata, ilmu adalah perhiasan bagi si empunya. Saking pentingnya, Abu Darda sekali kesempatan pernah berseloroh “bagiku belajar sepanjang malam jauh lebih utama ketimbang jungkir balik salat semalaman suntuk” Pada tempo yang lain, Nabi Sulaiman diceritakan diperintah Allah untuk memilih harta, ilmu, atau kekuasaan. Pilihannya jatuh kepada ilmu dan Sulaiman akhirnya diberi kekuasaan sekaligus kekayaan. Cerita-cerita seperti ini sangat populer dalam kitab-kitab klasik, salah satunya diabadikan dalam Ihya Ulumuddin karya Al-Ghazali yang diterbitkan pada abad ke-12. Sebuah syair dari Al-Busti 400 H bisa mewakili bagaimana ulama-ulama dahulu sangat menjunjung tinggi ilmu. Ya khādimal jism, kam tusqa bihidmatihi Litathlubarribha mimmā fihi khusran Aqbil alanaffsi, wastakmil fadhōilaha Fa anta, binnafsi la biljismi insānun Wahai budak raga! Betapa susah payah kau melayaninya! Engkau ingin mengejar keuntungan darinya, tetapi hanya kerugian yang kau dapati. Berpalinglah kepada pikiran, genapkanlah kesempurnaannya lantaran pikiran, bukan raga, engkaulah manusia Manusia sempurna karena akal pikirannya. Akal pikiran yang sempurna tentu diberi asupan gizi yang sempurna pula. Asupan gizi yang dimaksud tentu saja adalah ilmu dan hikmah. Fatah Musali berkata "alaisa maridh idza muni’a thoam wa syarbu wa dawa’ yamutu? Kadzalika qalbu idza muni’a anhulhikmah wal ilmu tsalatata ayyam yamutu" "bukankah bagi seorang yang sakit dan tidak diberi makan, minum, dan obat-obatan akan segera meninggal? Demikian pula hati. Tiga hari saja tidak digelontor ilmu dan hikmah ia sekonyong-konyong akan mati". Sadar akan derajat dan kemuliaan Ilmu, ulama-ulama terdahulu memiliki tradisi berkembara mencari ilmu. Mereka rela bertandang ke lokasi-lokasi nun jauh dari tempat domisili demi mencari al-Bukhari sampai al-Ghazali Al-Bukhari 256 H adalah pengembaranya pengembara ilmu. Kegigihannya dalam belajar ilmu hadis dimulai sejak usia enam belas. Ia keluar masuk perkampungan, menyusuri sekian ratus kota, berkenalan dari satu negara ke negara lain demi belajar dan sekaligus mengumpulkan riwayat-riwayat Nabi Muhammad. Perjalanan yang paling spektakuler ia tempuh antara Mesir sampai Khurasan. Perjalanan yang melelahkan, namun membahagiakan. Pengembaraan panjangnya berbuah manis. Kegigihannya menuai hasil. Ia sukses mengumpulkan tidak kurang dari enam ratus ribu hadis yang tujuh ribu di antaranya masuk ke dalam kitab yang disusunnya, Shahih Bukhari. Ketangguhan menempuh perjalanan jauh dalam pengembaraan mencari ilmu pernah dilakukan juga oleh Imam Baqi bin Makhlad. Ia menempuh jarak yang sedemikian panjang, membentang antara Mesir dan Syam dalam geografi saat ini terletak di sekitar Suriah. Seperti diterangkan dalam kitab Tadzkiratul Huffadz, ia menghabiskan waktu selama empat belas tahun untuk pengembaraan pertama. Sementara pengembaraan kedua ia lakoni dari Hijaz sekitar Makkah menuju Baghdad, Irak. Episode ini menelan waktu dua puluh tahun usianya hlm. 630. Al-Ghazali, sarjana brilian di antara sarjana-sarjana Muslim klasik, memiliki cerita yang tidak kalah heroik. Kisah kegigihannya mencari ilmu adalah sejarah kesedihan dan kepahitan. Terlahir dari keluarga yang kurang berada, Al-Ghazali berangkat ke sekolah dengan uang saku yang pas-pasan. Sekali waktu, ia mengemukakan pengakuan yang sangat mengejutkan bahwa motivasinya berangkat ke sekolah adalah agar mendapatkan makanan. Sebab di rumah ia tidak pernah menjumpai makanan selezat hidangan di sekolah. Ia belajar dengan sangat tekun, sampai akhirnya bertemu Imam Juwayni, ahli fikih yang sangat populer. Juwayni di kemudian hari berhasil menggembleng Al-Ghazali menjadi sosok ulama yang sangat disegani keilmuannya. undefined Kembara Ilmu di Nusantara Di Nusantara, tradisi berkembara ilmu juga tumbuh subur. Uniknya, kembara di Nusantara bukan semata untuk mencari ilmu, namun juga berkah. Praktik semacam ini biasanya dilakukan dengan cara berguru tapi dengan tenggat waktu yang tidak terlalu lama, malah singkat. Abdul Wahid Hasyim, lelaki necis putra Hasyim Asyari, adalah satu di antara beberapa contoh yang memiliki tradisi rihlah ilmiah dan ngalap berkah. Setelah dinyatakan tamat dari Madrasah Tebuireng, Jombang pada usia dua belas, Wahid mengawali pengembaraannya ke Pesantren Siwalan Panji, Sidoarjo. Ia hanya menghabiskan waktu dua puluh lima hari di sana. Seperti dicatat dalam Seri Tempo Wahid Hasyim 2016, perjalanannya dilanjutkan ke Pesantren Lirboyo, Kediri asuhan Abdul Karim. Lepas dari Lirboyo selama masa dua tahun, setelah itu Wahid berpindah dan mengembara dari satu pesantren ke pesantren lain yang ada di sekitar Jawa Timur hlm. 21. Kendati demikian, selain motivasi ngalap berkah, Pradjarta Dirdjosanjoto dalam Memelihara Umat Kiai Pesantren-Kiai Langgar di Jawa, hal 166 mencoba merasionalisasi mengapa tradisi berpindah dari satu pesantren ke pesantren lain ini tumbuh subur. Faktor keilmuan dan spesialisasi kiai pengasuh pesantren ternyata memengaruhinya. Biasanya seorang kiai dikenal spesialis di bidang keilmuan tertentu. Kondisi ini membuat santri yang haus ilmu harus berpindah dan mengembara dari satu kiai ke kiai lain, dari pesantren satu ke pesantren lain. Etos studi yang demikian kuat diwariskan para ulama terdahulu teringkus dalam sebuah kalimat yang populer bahwa mencari ilmu harus berbekal peluh dan waktu jahdun nafs wa badzlul qarihah. Tanpa upaya yang kuat dan semangat yang liat, niscaya ilmu akan sangat sulit didapat.==========Sepanjang Ramadan, redaksi menampilkan artikel-artikel tentang kisah hikmah yang diangkat dari dunia pesantren dan tradisi Islam. Artikel-artikel tersebut ditayangkan dalam rubrik "Hikayat Ramadan". Rubrik ini diampu selama sebulan penuh oleh Fariz Alnizar, pengajar Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia dan kandidat doktor linguistik UGM. - Sosial Budaya Penulis Fariz AlniezarEditor Ivan Aulia Ahsan

cerita motivasi mencari ilmu